Rabu, 08 Oktober 2014

MAKALAH AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA



MAKALAH
AL ISLAM III
AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA



DISUSUN
OLEH
                MOCH. FAZRUL HIDAYAT (31312A0033)

         PENGAMPU : Drs. Mahrus,M.Pd.Si



FAKULTAS TEKNIK PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2013 / 2014



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta inayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AKHLAK KEPADA KEDUA ORANG TUA” dan tidak lupa pula salawat kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW.
          Penulis menyadari karya tulis ini dapat selesai berkat dorongan, kerjasama, serta bimbingan dan masukan – masukan dari Bapak dan Ibu Dosen serta rekan – rekan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram, maka ijinkan pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada :
1.        Orang tua tercinta beserta keluarganya yang selalu mendoakan dan memperhatikan kehidupan penulis, termasuk diantaranya orang – oirang terkasih dalam hidup.
2.        Drs. Mahrus,M.Pd.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan kepada penulis.
3.        Dan semua pihak yang telah membantu.

                                                                                               

Mataram, 2 Oktober 2014


Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang                                                ………………………….…………… 4
2.      Rumusan Masalah                                           ………………………………….…… 4
3.      Tujuan                                                             …….………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian Akhlak                                          …….………………………………… 5
2.      Menjaga Akhlak kepada orang tua                 …….………………………………… 6
3.      Akhlak kepada orang tua                                …….………………………………… 8
4.      Menurut Al-Qur’an dan Hadis                       …….………………………………… 9
5.      Dampak durhaka kepada orang tua                …….………………………………… 11
6.      Dampak berbakti kepada orang tua                …….………………………………… 12

BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan                                                     ……………………………………… 13
2.      Saran                                                               ……………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa beliau berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayah pun merawatnya, mencarikan nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping usaha sang ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.

B.   Rumusan Masalah
a.          Apa pengertian akhlak ?
b.         Bagaimana menjaga akhlak kepada orang tua..?
c.           Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi tentang akhlak kepada kedua orang tua ?
d.         Apa dampak durhaka kepada kedua orang tua..?
e.          Apa manfaat berbakti kepada kedua orang tua.?

C.    Tujuan
a.       Mengetahui pengertian akhlak
b.      Mengetahui cara menjaga akhlak kepada kedua orang tua
c.       Mengetahui ayat al-qur’an dan hadis nabi tentang akhlak kepada orang tua
d.      Mengetahui dampak kepada kedua orang tua
e.       Mengetahui manfaat berbakti kepada kedua orang tua



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian akhlak
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.

Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.

Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati manusia”.

Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka
akan rusaklah pokok dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

à$s#t7ø9$#ur Ü=Íh©Ü9$# ßlãøƒs ¼çmè?$t6tR ÈbøŒÎ*Î ¾ÏmÎnu ( Ï%©!$#ur y]ç7yz Ÿw ßlãøƒs žwÎ) #YÅ3tR 4 y7Ï9ºxŸ2 ß$ÎhŽ|ÇçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbráä3ô±o ÇÎÑÈ
Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Al- A’raf: 58)

Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)

2.      Menjaga Akhlak Kepada kedua orang tua

a.    Mentaati perintah kedua orang tua
Manusia penting untuk selalu menjaga akhlak kepada orang tua. Manusia harus mentaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan keburukkan bagi anak anaknya, jadi apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk kecintaan yang tulus tanpa pamrih.

Keutamaan menjaga akhlak kepada orang tua melebihi keutamaan berjihad dijalan Allah,sebagaimana dalam hadis Abdullah binMas’ud r.a., yaitu sebagai berikut :

“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW.: ‘Amalan yang paling utama?’ Beliau menjawab: ’shalat tepat pada waktunya.’Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua. ‘aku bertanya lagi: ‘kemudia apa? Beliau menjawab. ‘Berjihad dijalan Allah.’  (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.)


b.   Menolak perintah bermaksiat kepada allah dan rasul-Nya dengan cara baik dan Beretika

Keterbatasan pengetahuan dan keimanan, orang tua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah maupun Rasulullah, jadi dalam keadaan semacam ini, agar akhlak kepada orang tua tetap terjaga, kita diperintahkan untuk menolak dengan cara cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Luqman ayat 15

“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan akusesuatu yang tidak da pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduannya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Luqman :15

c.    Berkata sopan dan tidak melukai hati
Menjaga akhlakkepada orang tua dapat dilakukan dengan menjaga adab berbicara kepada kedua orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan tidak menyakiti hati. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra’ Ayat 24.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah do’a : ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduannya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”

d.   Merawat kedua orang tua lanjut usia dengan sabar dan ikhlas
Agar Akhlak kepada orang tua seorang muslim tetap terjaga hendaknya mereka menjaga orang tuanya hingga kahir hayatnya. Allah berfirman dalam Q.S. A-Isra’ ayat 23

“… Bila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut disisimu, maka janganlah kamu katakan : “uhf!” dan jangan pula menghardik, dan katakana kepada mereka perkataan yang mulia!”


e.    Mendo’akan orang tua semasa hidupnya dan setelah meninggal dunia
Islam menganjurkan umatna untuk senantiasa menjaga akhlak kepada orang tua , berbuat baik kepada orang tua dalam keadaan apapun , dalam keadaan beriman maupun kafir, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan hidup maupun sudah meninggal

Dalam hadis riwayatAbu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, yang bersumber dari Abu Usaid bin Malik bin Rabiah As-Sa’idi
Bahwa seorang laki laki Bani Salamah dating kepada Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?”

Beliau bersabda , “ Ya, yaitu mendo’akan keduanya, memintakan ampun, menunaikan janjinya, menyambungpersaudaraan yang tidak disambungkecuali Karena keduanya, dan memuliakan kawan kawan mereka.”


3.      Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)

         a.       Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut sampai kedua orang tuanya meninggal.


b.      Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang mendo’akannya.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.


4.     Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a.       Al-Qur’an
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)

Artinya:
”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun[1]. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua[2], karib-kerabat[3], anak-anak yatim[4], orang-orang miskin[5], tetangga dekat dan tetangga jauh[6], teman sejawat[7], ibnu sabil[8] dan apa yang kamu miliki[9]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri [10]” - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-8-16.html#sthash.s72G966T.dpuf


b.      Dasar Al-Hadis
a)      Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)

Artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab, sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)


b)      Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم)


Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)

c)         Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

d)        Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau  menjawab, “Belum, walaupun secuil.”2)





5.      Dampak durhaka kepada orang tua
Karena orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia, tentu akan terdapat akibat-akibat jika kita mendurhakai orang tua.

Beberapa hal yang merupakan akibat dari mendurhakai orang tua adalah:
1.   Anak-anak yang mendurhakai orangtuanya akan di kutuk oleh Allah
Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Barang siapa yang membuat ibu bapaknya marah , maka berarti membuat Allah marah kepadanya” (H.R Bukhari)

Dan ada juga hadits Rasul yang menyatakan :
“Ridha Allah di dalam keridhaan kedua orang tua, dan murka Allah di dalam murka kedua orangtuanya” (H.R Turmudzi)

2.   Disegerakan siksanya di dunia ini.
Sesuai dengan sabda Rasul yang artinya:
“Semua dosa itu, siksanya akan di tangguhkan Allah sesuka-Nya, kecuali dosa karena dosa kepada orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakannya dalam hidup di dunia ini sebelum meninggal dunia” (H.R Hakim)
Terdapat juga riwayat rasul yang mengatakan:
“Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini,
yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua”.



6.      Dampak berbakti kepada orang tua

Ø  Diridhai oleh Allah Azza wa Jalla

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri­dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).

Ø  Disayangi oleh Allah swt

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)


BAB III
PENUTUP


A.      KESIMPULAN
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menjaga akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh kasih kepada kedua orang tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh Allah SWT baik dalam Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua. Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.


B.      SARAN



          DAFTAR PUSTAKA

1 komentar: